Rabu, 12 Februari 2020

Proses Perkembangan Diri Sebagai Peserta Didik Saya dan Gang (Bullying)


Assalamualaikum.. pada kesempatan pertama ini saya ingin membagikan tulisan tentang Bullying. semoga bisa memotivasi ^^

Saya dan Gang (Bullying)
Proses Perkembangan Diri Sebagai Peserta Didik
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja berkisar antara 12-21 tahun yang sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Puncaknya adalah ketika kita memasuki masa SMA/SMK. Izinkan saya sedikit menceritakan pengalaman saya.

Perlu saya akui, saya bukan orang dengan tipe kepribadian ekstrovert. Saya lebih suka disapa terlebih dahulu dari pada menyapa. Bukan karna sombong atau angkuh,tapi bingung bagaimana nantinya harus bersikap. Apakah mereka akan menerima saya? Apakah sejalan dengan pemikiran saya? Bagaimana kalau mereka tidak suka dengan sikap saya? Dan pemikiran negatif lain saat bertemu dengan orang baru, khususnya yang sepantaran dengan saya.

Di SMK saya punya 2 teman dekat, sebutlah Mawar dan Melati. Mawar adalah anak yang supel, lucu,pandai bicara dan punya banyak teman. Sedangkan Melati adalah anak yang cuek, tidak suka bergaul dan lebih senang menyendiri. Tidak ada yang khusus dari kami. Sampai pada suatu waktu dimana satu dari kami ditindas. Saya butuh pengakuan, saya ingin diketahui keberadaannya, saya butuh kekuasaan setidaknya untuk melindungi diri sendiri dan teman saya. Muncullah pemikiran yang menjadi motto saya saat masih sekolah “saya tidak cantik, tapi saya harus pintar. Saya tidak kaya, tapi saya harus jadi teladan”.

Setidaknya ada 3 jenis bully yang sering kita terima dan bahkan kita lakukan baik sengaja atau tidak sengaja:
1.     Ancaman
2.    Teriakan
3.    Pukul

“awas kalau nanti lu ngadu, kelar hidup lu” atau “awas lu kalau bohong” dan segala bentuk ancaman yang pernah kita alami. Kita hidup dengan seribu satu kata-kata ancaman. jita ini terus diulangi dalam hidup kita maka yang terjadi adalah generasi sakit hati, dan generasi peneror.

Ada 2 akibat jika kita sering mendapatkan didikan dengan cara mengancam sejak kecil. Ia akan belajar berbohong karna ketakutan diancam dan jadi anak yang penakut sampai besar nanti.

Lalu jenis bully yang kedua yaitu marah dengan teriakan. “bego banget! Begitu saja tidak bisa!!” “keluar!!” “ayo cepat! Dasar lelet”. Minder, takut berbuat salah,harga diri rendah, tertutup, bahkan menjadi pemarah adalah anak yang dibesarkan dengan cara seperti ini.
Ada sebuah cerita bagus, penduduk solomon di Pasifik Selatan mempunyai satu kebiasaan menarik yaitu meneriaki pohon yang memiliki akar-akar sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak. Mereka melakukannya dengan tujuan agar pohon itu mati.
Caranya, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat pohon hingga ke atas. Ketika sudah sampai diatas bersama dengan penduduk yang ada dibawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya pada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam selama kurang lebih empat puluh hari.

Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering, dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.
Yang perlu diingat bahwa setiap kali kamu berteriak kepada makhluk hidup tertentu maka berarti kamu sedang mematikan rohnya. Pernahkah kamu berteriak pada temanmu? Pada orang tuamu? Pada pasanganmu?
Pastikan bahwa ucapan kita membangun bukan meruntuhkan. Menginspirasi bukan mengintimidasi.

Dan jenis bully yang terakhir adalah memukul (melukai fisik). Anak yang sering mendapatkan pukulan karna kemarahan orang tua atas sikap atau perilakunya, maka anak akan belajar satu hal penting, yaitu jika saya marah maka pukul.
Kita seringkali melakukan sesuatu karena memang sudah begitulah kebiasaannya. Bahkan dalam cara berpikir pun hal ini terjadi. “saya tidak bisa pegang uang. Kalau ada uang ditangan pasti cepat habis. Ada saja alasan untuk mengeluarkan uang saat saya pegang uang banyak.”

Kita adalah makhluk dengan segudang pengalaman. Kita bisa melakukan ketiga hal diatas (ancam, teriak, pukul) karena apa? Karna kita dulu mengalami dan melihat. Pertanyaan saya, jika kamu boleh jujur. Apa kamu senang diperlakukan seperti hal tadi? Pertanyaan yang sama, apakah orang lain juga senang diperlakukan seperti hal tadi?
Kemungkinan seorang masih belum menyelesaikan masalah dengan masa lalunya, dan masih menyimpan beberapa kenangan pahit dimasa kecilnya dan terus terbawa hingga masa sekarang. Menderita secara batin, serta terjadi konflik diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kamu kenal dengan orang semacam ini? Saya memiliki seorang kenalan baik yang mengalami hal ini, yaitu diri saya sendiri.

Orang bijak pernah bilang bahwa tidak mungkin menghindari rasa sakit dalam hidup. Kita hanya bisa memilih terpuruk atau termotivasi. Ingatlah bahwa kita hanya dapat memaafkan dan dimaafkan saat kita masih berada didunia ini, pakailah kesempatan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar