Assalamualaikum.. pada kesempatan pertama ini saya ingin membagikan tulisan tentang Bullying. semoga bisa memotivasi ^^
Saya dan
Gang (Bullying)
Proses
Perkembangan Diri Sebagai Peserta Didik
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja berkisar antara 12-21
tahun yang sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Puncaknya adalah
ketika kita memasuki masa SMA/SMK. Izinkan saya sedikit menceritakan pengalaman
saya.
Perlu saya akui, saya bukan orang dengan tipe kepribadian
ekstrovert. Saya lebih suka disapa terlebih dahulu dari pada menyapa. Bukan
karna sombong atau angkuh,tapi bingung bagaimana nantinya harus bersikap.
Apakah mereka akan menerima saya? Apakah sejalan dengan pemikiran saya?
Bagaimana kalau mereka tidak suka dengan sikap saya? Dan pemikiran negatif lain
saat bertemu dengan orang baru, khususnya yang sepantaran dengan saya.
Di SMK saya punya 2 teman dekat, sebutlah Mawar dan Melati.
Mawar adalah anak yang supel, lucu,pandai bicara dan punya banyak teman.
Sedangkan Melati adalah anak yang cuek, tidak suka bergaul dan lebih senang
menyendiri. Tidak ada yang khusus dari kami. Sampai pada suatu waktu dimana
satu dari kami ditindas. Saya butuh pengakuan, saya ingin diketahui
keberadaannya, saya butuh kekuasaan setidaknya untuk melindungi diri sendiri
dan teman saya. Muncullah pemikiran yang menjadi motto saya saat masih sekolah
“saya tidak cantik, tapi saya harus pintar. Saya tidak kaya, tapi saya harus jadi
teladan”.
Setidaknya ada 3 jenis bully yang sering kita terima dan
bahkan kita lakukan baik sengaja atau tidak sengaja:
1.
Ancaman
2.
Teriakan
3.
Pukul
“awas kalau nanti lu ngadu, kelar hidup lu” atau “awas lu
kalau bohong” dan segala bentuk ancaman yang pernah kita alami. Kita hidup
dengan seribu satu kata-kata ancaman. jita ini terus diulangi dalam hidup kita
maka yang terjadi adalah generasi sakit hati, dan generasi peneror.
Ada 2 akibat jika kita sering mendapatkan didikan dengan cara
mengancam sejak kecil. Ia akan belajar berbohong karna ketakutan diancam dan
jadi anak yang penakut sampai besar nanti.
Lalu jenis bully yang kedua yaitu marah dengan teriakan. “bego
banget! Begitu saja tidak bisa!!” “keluar!!” “ayo cepat! Dasar lelet”. Minder,
takut berbuat salah,harga diri rendah, tertutup, bahkan menjadi pemarah adalah
anak yang dibesarkan dengan cara seperti ini.
Ada sebuah cerita bagus, penduduk solomon di Pasifik Selatan
mempunyai satu kebiasaan menarik yaitu meneriaki pohon yang memiliki akar-akar
sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak. Mereka melakukannya dengan
tujuan agar pohon itu mati.
Caranya, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan
memanjat pohon hingga ke atas. Ketika sudah sampai diatas bersama dengan
penduduk yang ada dibawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya pada
pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam selama kurang lebih empat puluh
hari.
Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai
mengering, dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati
dan mudah ditumbangkan.
Yang perlu diingat bahwa setiap kali kamu berteriak kepada
makhluk hidup tertentu maka berarti kamu sedang mematikan rohnya. Pernahkah
kamu berteriak pada temanmu? Pada orang tuamu? Pada pasanganmu?
Pastikan bahwa ucapan kita membangun bukan meruntuhkan.
Menginspirasi bukan mengintimidasi.
Dan jenis bully yang terakhir adalah memukul (melukai fisik).
Anak yang sering mendapatkan pukulan karna kemarahan orang tua atas sikap atau
perilakunya, maka anak akan belajar satu hal penting, yaitu jika saya marah
maka pukul.
Kita seringkali melakukan sesuatu karena memang sudah
begitulah kebiasaannya. Bahkan dalam cara berpikir pun hal ini terjadi. “saya
tidak bisa pegang uang. Kalau ada uang ditangan pasti cepat habis. Ada saja
alasan untuk mengeluarkan uang saat saya pegang uang banyak.”
Kita adalah makhluk dengan segudang pengalaman. Kita bisa
melakukan ketiga hal diatas (ancam, teriak, pukul) karena apa? Karna kita dulu
mengalami dan melihat. Pertanyaan saya, jika kamu boleh jujur. Apa kamu senang
diperlakukan seperti hal tadi? Pertanyaan yang sama, apakah orang lain juga
senang diperlakukan seperti hal tadi?
Kemungkinan seorang masih belum menyelesaikan masalah dengan
masa lalunya, dan masih menyimpan beberapa kenangan pahit dimasa kecilnya dan
terus terbawa hingga masa sekarang. Menderita secara batin, serta terjadi
konflik diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kamu kenal dengan orang
semacam ini? Saya memiliki seorang kenalan baik yang mengalami hal ini, yaitu
diri saya sendiri.
Orang bijak pernah bilang bahwa tidak mungkin menghindari rasa
sakit dalam hidup. Kita hanya bisa memilih terpuruk atau termotivasi. Ingatlah
bahwa kita hanya dapat memaafkan dan dimaafkan saat kita masih berada didunia
ini, pakailah kesempatan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar